Bahaya Lisan dan Anjuran Diam dalam Islam
بِسْــــــــــــــــمِ
اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Bismillahirrohmanirrohim...
Kali ini
Hikmah Kata -insya Allah- akan membahas mengenai Bahaya Lisan dan
Anjuran Diam dalam Islam. Semoga artikel yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya.
Seringkali
terjadinya pertengkaran-pertengkaran, perdebatan, permusuhan, pembunuhan,
sampai peperangan yang diakibatkan oleh lisan. Lisan yang bentuknya kecil dan
tidak bertulang tapi kalimat yang dikeluarkannya mampu menimbulkan berbagai
kerusakan hubungan di antara sesama manusia. Oleh karena itu, tidak salah jika
terdapat ungkapan bahwa lisan lebih tajam dari pada pedang. Begitu banyak
bencana yang ditimbulkan akibat terpelesetnya lisan, seperti dusta, mengumpat,
adu domba, riya, bermuka dua, berkata keji, berdebat, mengingkari janji,
membuka aib orang lain, memuji diri sendiri, melaknati, menyakiti orang lain
untuk meruntuhkan kehormatannya, serta ucapan-ucapan kotor lainnya.
Bahaya-bahaya seperti inilah yang selalu menggiringi lisan dalam mengucapkan
kata-katanya, yang tidak terasa berat untuk diucapkan, namun efeknya luar
biasa.
Meskipun
diam itu tampaknya ringan, tetapi sedikit sekali orang yang mampu
melaksanakannya, lebih-lebih bagi orang yang suka bicara. Sebagaimana yang
dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
الصُّمْتُ حُكْمٌ وَ قَلِيْلٌ فَاعِلُهُ
Artinya: "Diam
adalah kebijaksanaan dan sedikit orang yang mampu melaksanakannya."
Muhammad bin
Wasi' berkata kepada Malik bin Dinar: "Wahai Abu Yahya! Menjaga lisan itu
lebih berat dari pada menjaga uang dinar atau uang dirham!" Mengingat
begitu besarnya efek yang ditimbulkan oleh perkataan maka diam adalah sikap
mulia yang menjadi kebiasaan para Nabi dan Wali Allah. Diam itu indah dan
nikmat karena bisa menentramkan batin dan menyedikitkan resiko yang bisa timbul
akibat banyak bicara. Rasulullah saw. bersabda: "Diam adalah akhlak
yang terbaik. Barang siapa suka humor tentu dia akan disepelekan."
Dari sinilah
beliu menganjurkan untuk bergaul dengan orang yang diam lagi berwibawa, sebab
dia akan mengajarkan berbagai hikmah dan keutamaan. Seperti yang beliau
jelaskan dalam sabdanya:
اِذَا رَاَيْتُمُ الْمُؤْمِنَ صُمُوْتًا وَ قُوْرًا فَادْنُوْا
مِنْهُ فَاْنَّهُ يُلَقِّنُ الْحِكْمَةِ
Artinya: "Apabila
kamu melihat orang mukmin yang pendiam lagi berwibawa maka dekatilah dia.
Sesungguhnya dia akan mengajarkan hikmah."
Mu'adz bin
Jabbal pernah berkata kepada Rasulullah saw. "Ya Rasulullah! Beri aku
wasiat!" Maka beliau bersabda:
اُعْبُدِ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ وَعُدَّ نَفْسَكَ فِى
الْمَوْتَى وَ اِنْ شِئْتَ اَنْبَاْتُكَ بِمَا هُوَ اَمْلِكُ مِنْ هَذَا كُلِّهِ
وَ اَشَارَ بِيَدِهِ اِلَى لِسَانِهِ
Artinya: "Sembahlah
Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Dan daftarkanlah dirimu ke dalam golongan
orang-orang yang mati. Jika engkau menghendaki maka aku beritahukan kepadamu,
tentang sesuatu yang paling menguasaimu dari pada semua ini. Lalu beliau
memberi isyarat kepada lisannya dengan tangannya."
|
|
Orang yang
bijaksana akan selalu berpikir panjang sebelum berbicara. Jika bicaranya dapat
menimbulkan kemudhorotan, baik bagi dirinya atau orang lain maka ia akan lebih
memilih bersikap diam. Sebab diam itu bisa menjauhkan fitnah dan permusuhan.
Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya lisan seorang
mukmin itu berada di belakang hatinya. Apabila hendak mengatakan sesuatu, ia
mempertimbangkan dengan hatinya, kemudian ia laksanakan dengan lisannya. Adapun
lisan orang munafik itu ada di depan hatinya. Apabila ia menginginkan sesuatu
ia laksanakan dengan lisannya tanpa mempertimbangkan dengan hatinya."
Untuk itu,
seluruh anggota tubuh senantiasa memperingatkan kepada lisan untuk berhati-hati
dalam berbicara. Sebab kesalahan yang dilakukan oleh lisan dampaknya dapat
dirasakan langsung oleh anggota tubuh yang lain sampai akhirat nanti. Seperti
yang dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
اِذَا اَصَبَحَ ابْنُ اَدَمَ اصْبَحَتِ اْلاَعْضَاءُ ذُكِّرُ
اللَِسَانَ اى تَقُوْلُ اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَاِنَّكَ اِنِ اسْتَقَمْتَ
اِسْتَقَمْنَا وَاٍنْ اِعْوَجَجْتَ اِعْوَجَجْنَا
Artinya: "Apabila
anak cucu Adam masuk waktu pagi maka semua anggota badan berpesan kepada lisan.
Maksudnya ia berkata, "Takutlah kepada Allah demi kami, karena jika kamu
tegak, niscaya kami tegak. Jika kamu bengkok, niscaya kami bengkok!"
Anggota
tubuh berpesan demikian karena khawatir akan menerima kerusakan dan siksaan
yang diakibatkan oleh ketajaman dan kecerobohan lisan dalam berbicara. Bahkan
anggota tubuh juga mengadukan lisan kepada Allah karena ketajamannya. Sebagaimana
yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:
لَيْسَ شَيْءٌ مِنَ الْجَسَدِ اِلاَّ يَشْكُوْا اِلَى اللهِ
اللِّسَانَ عَلَى حِدَّتِهِ
Artinya: "Tiada
satu pun dari tubuh, kecuali mengadukan lisan kepada Allah karena
ketajamannya."
Untuk itu,
menjaga lisan dalam setiap pergaulan merupakan cermin dari kepribadian
seseorang yang berakhlak mulia. Baik dan tidaknya perkataan manusia, tergantung
amal perbuatannya. Jika amalnya baik, kata-katanya pun juga baik, dan jika
amalnya buruk, omongannya pun juga keji dan kotor. Diam selain dapat
menyelamatkan diri, juga dapat menjauhkan dari murka Allah. Sampai Nabi
Sulaiman bin Daud as. berkata: "Manakala perkataan itu perak maka diam
itu bagaikan emas."
Semoga
bermanfaat dan kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
*) Dari
berbagai sumber.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
Komentar