Sikap Muslim Menyambut Muharram dan Bulan Allah (1)
HARI Sabtu (25/10/2014) ini bertepatan dengan
Perayaan 1 Muharram 1436 H atau Tahun Baru Islam. Tahun hijriyah mulai
diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab sekaligus dimulainya
sistem penanggalan Islam, untuk membedakan sistem penanggalan Tahun
Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa Al-Masih atau Messiah (Ibrani).
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar bin Khattab.
Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah
adalah Ali bin Abi Thalib. Keponakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
Wassallam inilah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam
dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam
meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
Bulan Muharram memiliki banyak kemulian.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- : أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ
الْمُحَرَّمُ ، وَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْمَفْرُوضَةِ صَلاَةٌ
مِنَ اللَّيْلِ
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : “Puasa yang
paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu
Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu
adalah shalat malam.” (HR:Muslim)
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari hadist di atas :
Pertama: Bulan Muharram Adalah Bulan Yang Mulia
Bulan Muharram adalah bulan yang mulia, hal itu dikarenakan beberapa hal :
Pertama: Bulan ini dinamakan Allah dengan “Syahrullah“, yaitu bulan Allah. Penisbatan sesuatu kepada Allah mengandung makna yang mulia, seperti “ Baitullah “ (rumah Allah), “Saifullah” (pedang Allah), “Jundullah”
(tentara Allah) dan lain-lainnya. Dan ini juga menunjukkan bahwa bulan
tersebut mempunyai keutamaan khusus yang tidak dimilili oleh bulan-bulan
yang lain.
Kedua : Bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan yang dijadikan
Allah sebagi bulan haram, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala :
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya
terdapat empat bulan haram.” (QS. at Taubah :36).
Dalam hadis Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di
waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas
bulan, diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan
berturut-turut; Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang
terdapat diantara bulan Jumada Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga : Bulan ini dijadikan awal bulan dari Tahun Hijriyah,
sebagaimana yang telah disepakati oleh para sahabat pada masa khalifah
Umar bin Khattab ra. Tahun Hijriyah ini dijadikan momentum atas
peristiwa hijrah nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassallam.
Kedua : Pada Bulan ini Disunnahkan Untuk Berpuasa
Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan di dalamnya untuk
berpuasa, bahkan merupakan puasa yang paling utama sesudah puasa pada
bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut dalam hadist Hurairah ra, di
atas. Hadist di atas menunjukkan bahwa Rasulullah saw menganjurkan kaum
muslimin untuk melakukan puasa sebanyak-banyaknya pada bulan Muharram.
Tetapi tidak dianjurkan puasa satu bulan penuh, hal itu berdasarkan
hadist Aisyah ra, bahwasanya ia berkata : “Saya tidak pernah melihat
sama sekali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam berpuasa satu
bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau
berpuasa paling banyak pada suatu bulan, kecuali bulan Sya’ban.“(HR. Muslim)
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana Rasulullah menyebutkan bahwa
bulan Muharram adalah bulan yang paling mulia sesudah Ramadhan, padahal
beliau sendiri lebih banyak melakukan puasa pada bulan Sya’ban dan bukan
pada bulan Muharram? Jawabannya : Para ulama memberikan beberapa
alasan, diantaranya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam belum
mengetahui keutamaan bulan Muharram kecuali pada detik-detik terakhir
kehidupan beliau, sehingga belum sempat untuk berpuasa
sebanyak-banyaknya, atau mungkin adanya udzur syar’i yang menghalangi
beliau untuk memperbanyak puasa pada bulan tersebut, seperti banyak
melakukan perjalan jauh (safar) atau udzur-udzur yang lain.
Puasa bulan Muharram ini berdasarkan hadist di atas adalah puasa yang
paling utama dalam sesudah Ramadhan dalam satu bulan. Sedangkan puasa
Arafah adalah puasa yang paling utama sesudah Ramadhan bila dilihat dari
sisi hari.
Ketiga: Pada Bulan Muharram terhadap Hari Asyura’
Hari Asyura’ artinya hari kesepuluh dari bulan Muharram. Pada hari
itu dianjurkan untuk berpuasa, sebagaimana yang tersebut di dalam hadist
Ibnu Abbas ra berkata : “Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau
melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura’, maka beliau
bertanya : “Hari apa ini?”. Mereka menjawab :“Ini adalah hari istimewa,
karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, oleh
karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“ . Maka beliau berpuasa dan memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bagaimana cara berpuasa pada hari Asyura? Menurut keterangan para
ulama dan berdasarkan beberapa hadist, maka puasa Asyura bisa dilakukan
dengan empat pilihan : berpuasa tanggal 9 dan 10 Muharram, atau berpuasa
pada tanggal 10 dan 11 Muharram atau berpuasa pada tanggal 9,10, dan 11
Muharram, atau berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja, tetapi yang
terakhir ini, sebagian ulama memakruhkannya, karena menyerupai puasanya
orang-orang Yahudi.
Cara berpuasa di atas berdasarkan hadist Ibnu Abbas ra, bahwasanya ia
berkata : Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari ‘Asyura’ dan
memerintahkan kaum muslimin berpuasa, para shahabat berkata : “Wahai
Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani”. Maka
Rasulullah pun bersabda :”Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan
Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan. “ (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu juga hadist Ibnu Abbas ra, bahwasanya Rasulullah bersabda :
“Puasalah pada hari Asyura’, dan berbuatlah sesuatu yang berbeda dengan
Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari
sesudahnya.“ (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah) Dalam riwayat Ibnu
Abbas lainnya disebutkan : “Berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari
sesudahnya.“
Apa keutamaan puasa pada hari Asyura’ ini ? Keutamaannya adalah
barang siapa yang puasa dengan ikhlas pada hari Asyura’ tersebut,
niscaya Allah Subhanahu Wata’ala akan menghapus dosa-dosanya yang telah
dikerjakan selama satu tahun sebelumnya, sebagaimana yang tersebut di
dalam hadist Abu Qatadah ra, bahwasanya seorang laki-laki pernah
bertanya kepada Rasulullah saw tentang puasa ‘Asyura’, maka Rasulullah
saw menjawab : “Saya berharap dari Allah Subhanahu Wata’ala agar menghapus dosa-dosa selama satu tahun sebelumnya. “ (HR. Muslim)
Dosa-dosa yang dihapus disini adalah dosa-dosa kecil saja. Adapun
dosa-dosa besar, maka seorang muslim harus bertaubat dengan taubat
nasuha, jika ingin diampuni oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Adapun hikmah puasa Asyura’ adalah sebagai bentuk kesyukuran atas
selamatnya nabi Musa as dan pengikutnya serta tenggelamnya Fir’aun dan
bala tentaranya, sebagai mana yang tersebut dalam hadist Ibnu Abbas di
atas.*/Dr. Ahmad Zain An Najah, MA. Artikel diambil dalam laman pribadinya
Bersambung .. Kekeliruan Menyambut Bulan Muharram
[Sumber :]
Komentar